Overweight Boy

"Dapatkah kau tak menghalangiku kali ini?" ucap James ketus.

"Sorry."

Sollie segera mengganti pakaian olahraganya. Ia mengancingkan seragam yang ukurannya di atas anak normal dengan begitu cepat, memakai rompi, dan mengusap keringat sembari berjalan ke kelas untuk menghadapi Mr. Agle selaku guru matematika. Jantungnya berdegup tak karuan, ia berharap sekarang bukan tanggal yang sama dengan nomor absennya.

Dirinya duduk di urutan tengah, menatap barisan angka yang membuatnya mual, dan kepalanya pusing sebelah, tapi ia bertahan. Mr. Agle menatapnya, memintanya untuk mengerjakan soal sebab seperti biasa, ini tanggal sesuai nomor urutnya. Sollie berlaku seolah tak ada masalah, ia mengambil kapur untuk menjawab. Dia berbalik memandang Mr. Agle, guru itu menunjuk jam di tangannya. Sollie tak acuh, menorehkan kapur pada papan tulis, lalu keluar ruangan. Saentero kelas memandangnya, Mr. Agle menatap bingung. Sollie tak menjawab soal, lelaki itu hanya menulis nama Ashley disertai garis senyum ala kadarnya.

"Ashley?" Mr. Agle mengarahkan pandangannya pada gadis yang serius memperhatikan ketika pelajaran berlangsung. Ashley menggeleng tak mengerti.

"Dia aneh, sangat aneh ... bahkan menghitung jam saja ia tak bisa. Haha," tawa Diego, seisi kelas menertawakannya, Mr. Agle meminta diam dengan ancaman. James tersenyum miring, sementara Ashley hanya menunduk.
________

Sollie menikmati cokelat batang seraya memperhatikan kawan satu sekolahnya dari perpustakaan lantai atas. Ashley tampak bercengkrama dengan kawan lain sebelum James mencoba menggodanya. Sollie hanya melihat hingga Ashley kesal dan meninggalkan James setelahnya. Dengan ekspresi datar, Sollie menggigit cokelatnya hingga habis. Selepas jam pelajaran berakhir, dirinya memilih duduk di bangku beton yang tak jauh dari tempat pemberhentian bus. Tak lama berselang.. Ashley datang seraya menguncir rambutnya, meneguk soda, dan duduk bersebelahan dengannya. Sollie mencoba curi pandang, Ashley menatapnya sekilas, lalu sibuk memainkan ponselnya. James kembali datang, meminta Ashley pergi. Sollie merogoh kantong, ada Ashley di secarik kertas miliknya. Ia cukup diam, menanti bus datang dan membawanya pulang.
_________

Malamnya, Sollie berkaca. Diamatinya obat penenang miliknya. Ia butuh penenang, tapi itu saja tak mempan. Ditutupnya pintu kamar mandi rapat-rapat, menggantungkan handuk di gantungan, dan menyugar rambutnya dengan jemari yang dibasahi air. Ia berkaca, ada seorang lelaki di sana.. umpatan kasar ia keluarkan dengan pelan.

"Sial! Kau bodoh, kau tak pernah memenangkan goal saat olahraga, kau selalu tertinggal saat berlari, kau tak mampu mengerjakan matematika, kau tak dapat mengikuti nada, kau hanya lelaki gendut yang suka cokelat batang, kau tak memiliki teman, kau pengecut, kau tak lancar membaca, tak ada yang mengerti dirimu, kau.. dan kau ...." Napas Sollie tertahan, "kau mungkin ditolak sebelum mengatakannya."

Sollie membuang obat penenangnya di wastafel, ia menangis sesenggukan.
Dirinya melihat hidung yang mimisan, lalu segera membersihkannya. Kulit pucat dan rambut pirangnya tampak kusut. Diambilnya tisu dan menyumpalnya ke hidung lalu membuangnya. Ia segera mengganti pakaian dengan pakaian tidur, tak menyisakan sedikit pun darah di wajahnya. Sewaktu keluar, ibunya memanggil.

"Ada hadiah untukmu di meja," ucapnya. Sollie menghampiri, menyampirkan handuk di kursi, serta mengusap wajahnya yang muram.

Sollie membuka hadiah dari ibunya dengan lambat, sesekali memperhatikan ibunya yang tersenyum tulus. "Erm, Mom, kurasa badanku terlalu besar untuk pakaian rajut itu."

"Benarkah? Oh sayang, aku akan buatkan ukuran yang lebih besar dari itu. Maafkan aku." Nyonya Jane memeluk Sollie. Sollie membalasnya hangat, ia membalas dengan pelukan erat.

"Aku menyayangimu, Mom," gumam Sollie. Nyonya Jane membalas. "Aku pun begitu."
_________

"Lie, datang ke pestaku besok, aku memanggil band ternama kali ini," kata Ashley sembari membagikan undangan. Sollie tersenyum, masih tersenyum ketika Ashley tak lagi berada di hadapannya.

"Ck." James memperhatikannya, ia melempar gumpalan kertas pada Sollie. Yang dilempar tak peduli, masih saja tersenyum hingga tak sadar bekalnya habis oleh Diego.

"Kau tak butuh roti lapis ini lagi, Lie! Haha...."
_________

Sollie berolahraga ringan, ia menolak makan sekadar mengurangi berat badannya, setidaknya satu kilo dibawahnya. Ia menyimpan cokelat di laci mejanya, tak ada niatan untuk mencomot meski satu batang. Paginya ia berlari mengelilingi komplek dengan headset, ia mengikuti zumba, dan mencoba sit up. Ia lelah dan berhenti. Sekitar setengah jam sebelum pesta, ia memakai pakaian terbaiknya, menyisir rambut ikalnya, juga sedikit memakai parfum. Dia datang menggunakan mobil tua ayahnya.

"Ouh, kau datang rupanya,"

"Aku tahu alasannya, kau ingin membersihkan ruangan ini setelah pesta, bukan?"

"Menjadi tontonan kami dengan dirimu yang menyedihkan itu."

"Ashley sepertinya salah memberikan undangan karena itu memang bukan untukmu."

Bisikan itu membuat Sollie terpojok, ia mencoba menenangkan diri dengan memakan kue, tetapi tubuhnya gatal setelah ia mengetahui bahwa apa yang ia makan adalah kue almond. Dia berniat meneguk fanta, tetapi tak sengaja menumpahkannya pada Diego. James dan Ashley segera menghampiri. Alergi Sollie kambuh, ada ruam merah di tubuhnya.

"Kau tak apa?"

"Ashley, apa kau tak lihat, Diego yang terkena masalah, Sollie yang ceroboh, kata James gusar.

"Aku tak bicara denganmu, James." Ashley menatap James tajam.

Sollie diam sejenak. "Ash, aku akan pergi sekarang." Sollie berjalan, tapi dicegat.

"Oh tidak, sepertinya kau butuh sesuatu yang dingin, Tuan." Tawa Diego pecah, dia mengambil bongkahan es batu, lalu melemparnya pada Sollie. Yang lain ikut menyoraki dengan musik hip hop. Sollie berlari, menerobos pesta yang baru saja dimulai. Ashley mencoba berjalan keluar, dia menemukan Sollie yang duduk di bawah pohon palm.

"Lie, aku tak bermaksud-"

"Tak apa, itu salahku. Maaf, aku mengacaukan pestamu."

"Tidak sama sekali, kau mau bergabung lagi?"

"Aku akan pulang, jasku basah."

"Baik. Maukah kau berjanji denganku?"

"Janji?"

"Lima tahun lagi, kita bertemu di reuni sekolah. Datanglah, aku menunggumu."

"Bagaimana mungkin, Ash?"

"Datang dan bawa perubahan dalam dirimu. Aku menanti hal positif yang akan membuat seisi sekolah tercengang olehmu."

"Akan kulakukan."

"Terima kasih, Lie. Aku balik ke pesta, jaga dirimu."

"Tentu, erm, Ash,"

"Yap?"

"Aku menyukaimu."

Ashley tersenyum manis, ia berjalan anggun menuju rumah mewahnya untuk melanjutkan pesta. Sollie tersenyum samar, ia menunggu ibunya datang untuk menjemput.
______

Sollie berpindah kota, ia tak menemui Ashley di kota barunya. Sollie lebih giat belajar dan berolahraga untuk menghapus lemak di bagian tubuhnya, terutama di pipi dan perutnya yang membuncit. Ia bertekad mengelilingi taman kota yang cukup luas dengan 4 kali putaran ditambah menjemur dirinya di bawah terik mentari kala pagi di akhir pekan. Ia berhasil memenangkan perlombaan robotic dan mengisi acara yang berhubungan dengan konseling remaja maupun lembaga sosial. Sollie mengurangi kebiasaannya memakan cokelat serta meningkatkan kelancarannya dalam membaca, itu berhasil tak lama setelahnya. 

Ada beberapa gadis yang tertarik dengannya, tapi ia masih menyimpan Ashley yang menjadi faktor transformasinya kini. Tak ada kabar tentang Ashley, itu membuatnya memendam rindu hingga akhirnya lima tahun berlalu.

Di tengah cuaca yang sedikit mendung, Sollie kembali ke kota lama. Mereka akan berkumpul di halaman luas dekat sekolah yang biasa digunakan untuk bermain kasti dahulu. Sollie memarkir mobil, banyak yang sudah datang. Ia mengembuskan napas dan keluar.

"Hai," sapanya ramah. Diego menatapnya bengong, James menyipitkan matanya, sementara Ashley yang dewasa berjalan pelan menghampirinya. Suasana mendadak hening. Dengan spontan, Ashley memeluknya.

"Kau berhasil," bisiknya. Dirinya masih memeluk Sollie. James meneguk saliva.

"Dia Sollie, teman kita. Masa lalu yang menjadikannya seperti ini. Dia hebat, aku bangga dengannya," ujar Ashley. Ia menangis haru. James bertepuk tangan, begitu pun dengan Diego yang kini tersenyum.

Postingan Populer